BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG :
Ikan merupakan salah satu jenis hewan vertebrata
yang bersifat poikilotermis (berdarah dingin), memiliki ciri khas pada tulang
belakang, insang dan siripnya serta tergantung pada air sebagai medium untuk
kehidupannya. Ikan memiliki kemampuan di dalam air untuk bergerak dengan
menggunakan sirip untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak tergantung
pada arus atau gerakan air yang disebabkan oleh arah angin
.
.
Dari keseluruhan vertebrata, sekitar 50,000 jenis hewan,
ikan merupakan kelompok terbanyak di antara vertebrata lain memiliki jenis atau
spesies yang terbesar sekitar 25,988 jenis yang terdiri dari 483 famili dan 57
ordo. Jenis-jenis ikan ini sebagian besar tersebar di perairan laut yaitu
sekitar 58% (13,630 jenis) dan 42% (9870 jenis) dari keseluruhan jenis ikan.
Jumlah jenis ikan yang lebih besar di perairan laut, dapat dimengerti karena
hampir 70% permukaan bumi ini terdiri dari air laut dan hanya sekitar 1%
merupakan perairan tawar.
B. RUMUSAN
BATASAN MASALAH :
Pembahasan makalah
ini mengenai ikan nila ( Oreochromis niloticus ). Batasan
masalah yang dibahas pada makalah ini di antaranya morfologi , anatomi dan
budidaya ikan nila. Pada morfologi meliputi : ciri-ciri, cara hidup, adaptasi
makanan dan klasifikasi, sedangkan pada anatomi meliputi : sistem digestivus,
sistem respirasi, sistem sirkulasi, sistem rangka, sistem saraf dan
hormon,sistem urogenitalia dan sistem integumen.
C. TUJUAN
:
Tujuan penulis
dalam membuat makalah ini adalah untuk menambah wawasan mengenai salah satu
spesis zoologi vertebrata dan untuk memenuhi tugas zoologi vertebrata.
D. KEGUNAAN
MAKALAH :
Kegunaan pembuatan
makalah ini agar para pembaca dapat mengetahui tentang morfologi, anatomi dan
budidaya ikan nila. Sehingga dengan adanya makalah ini para pembaca memahami
ciri-ciri, cara hidup, adaptasi makanan dan klasifikasi, serta berbagai sistem
dalam tubuh ikan nila, di anataranya sistem digestivus, sistem respirasi,
sistem sirkulasi, sistem rangka, sistem saraf dan hormon,sistem urogenitalia
dan sistem integumen dan budidaya ikan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
MORFOLOGI IKAN NILA
Ikan
nila adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Ikan ini diintroduksi dari Afrika
pada tahun 1969, dan kini menjadi ikan peliharaan yang populer di kolam- kolam
air tawar dan di beberapa waduk di Indonesia (Wikipedia II, 2009).
Nama
ilmiah ikan nila adalah Oreochromis
niloticus, dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Nile Tilapia. Ikan
peliharaan yang berukuran sedang, panjang total (moncong hingga ujung ekor)
mencapai sekitar 30 cm. Sirip punggung (dorsal) dengan 16-17 duri (tajam) dan
11-15 jari-jari (duri lunak); dan sirip dubur (anal) dengan 3 duri dan 8-11
jari-jari (Wikipedia II, 2009).
1.
CIRI
– CIRI :
Morfologi
ikan nila yaitu memiliki bentuk tubuh yang pipih ke arah bertikal (kompres)
dengan profil empat persegi panjang ke arah antero posterior. Posisi mulut
terletak di ujung hidung (terminal) dan dapat disembuhkan. Pada sirip ekor
tampak jelas garis-garis vertikal dan pada sirip punggungnya garis tersebut
kelihatan condong letaknya. Ciri khas ikan nila adalah garis-garis vertikal
berwarna hitam pada sirip ekor, punggung dan dubur. Pada bagian sirip caudal
(ekor) dengan bentuk membuat terdapat warna kemerahan dan bisa digunakan
sebagai indikasi kematangan gonad.
Pada
rahang terdapat bercak kehitaman. Sisik ikan nila adalah tipe ctenoid. Ikan
nila juga ditandai dengan jari-jari dorsal yang keras, begitu pun bagian
analnya. Dengan posisi sirip anal di belakang sirip dada (abdorminal).
Ikan
nila memiliki tulang kartilago kranium sempurna, organ pembau dan kapsul otik
tergabung menjadi satu. Eksoskleton Ostracodermi mempunyai kesamaan dengan
dentin pada kulit. Elasmobrachii yang merupakan mantel keras seperti email pada
gigi vertebrata. Di bawah lapisan tersebut terdapat beberapa lapisan tulang
sponge dan di bawahnya lagi terdapat tulang padat. Tulang palato-quadrat dan
kartilago Meckel adalah tulang rawan yang akan membentuk rahang atas dan rahang
bawah.
2.
ADAPTASI
MAKANAN :
Ikan
nila dilaporkan sebagai pemakan segala (omnivora),
pemakan plankton,
sampai pemakan aneka tumbuhan sehingga ikan ini diperkirakan dapat dimanfaatkan
sebagai pengendali gulma
air.
3.
CARA
HIDUP :
Menurut Suyanto
(1994) dalam Wibawa, (2003) ikan nila dapat hidup di perairan yang dalam dan
luas maupun di kolam yang sempit dan dangkal. Nila juga dapat hidup di sungai
yang tidak terlalu deras alirannya, di waduk, rawa, sawah, tambak air payau,
atau di dalam jaring terapung di laut .
4.
KLASIFIKASI :
Klasifikasi ikan Nila adalah sebagai berikut:
Klasifikasi ikan Nila adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Teleosin
Ordo : Percormorphii
Sub Ordo : Percoidae
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis Niloticus
Common Name : Nile Tilapia
Local Name : Nila
Ada beberapa
anak jenis ikan nila, di antaranya:
O.
niloticus niloticus
·
Oreochromis niloticus baringoensis
Trewavas, 1983
·
Oreochromis niloticus cancellatus
(Nichols, 1923)
·
Oreochromis niloticus eduardianus
(Boulenger, 1912)
·
Oreochromis niloticus filoa
Trewavas, 1983
·
Oreochromis niloticus niloticus
(Linnaeus, 1758)
·
Oreochromis niloticus sugutae
Trewavas, 1983
·
Oreochromis niloticus tana
Seyoum & Kornfield, 1992
·
Oreochromis niloticus vulcani
(Trewavas, 1983)
Nila mempunyai banyak varietas
atau ras. Varietas tersebut dihasilkan dari hasil perkawinan silang antar
spesies dalam genus Oreochromis, terutama untuk menghasilkan nila unggul. Beberapa
varietas yang beredar di Indonesia, baik impor maupun dihasilkan di tanah air
adalah sebagai berikut :
1)
Nila merah
Varietas nila merah termasuk
salah satu ila unggul. Hal ini dikarenakan nila merah warnanya menarik,
selintas mirip kakap merah atau sea bream dari laut, dan pertumbuhan
nila merah lebih cepat. Varietas nila merah didatangkan dari Filipina dan
Thailand. Nila merah asal Filipina didatangkan ke Indonesia pada tahun 1981 dan
kemudian disebarluaskan ke seluruh Indonesia. Sementara itu, varietas nila
merah dari Thailand dimasukkan ke Indonesia pada tahun 1990.
2)
Nila hitam
Nila hitam atau nila taiwan
dimasukkan ke Indonesia pada tahun 1969. Nila hasil kawin silang O. Nilotica
dengan O. Aureus. Nila dari taiwan ini berwarna gelap atau kelabu kehijauan
dengan garis-garis vertikal sebanyak 6-8 buah. Nila dari taiwan ini merupakan
nila unggul, namun karena ikan ini mudah kawin silang secara liar dengan ikan
mujair dan varietas lain sehingga sukar dikendalikan kemurniaannya.
3)
Nila gift
Nila ini didatangkan dari Filipina. Nila gift dimasukkan ke Indonesia
pada tahun 1994. Penyebaran nila gift yang pesat akhir-akhir ini menyebabkan
kualitasnya tidak terkontrol dan cendrung menurun. Hal ini diduga banyak
terjadi silang dalam usaha budidaya. Indikasi dari penurunan kualitas genetik
ditandai dengan sifat-sifat seperti pertumbuhan lambat, tingkat kematian tinggi
dan matang kelamin dini. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu dilakukan
perbaikan genetik ikan nila ( Imron, 2000 ).
4)
Nila nirwana
Nila nirwana merupakan salah satu varietas nila unggul yang dihasilkan
oleh peneliti nila ditanah air. Menurut kepala BPBI Wanayasa Sri Judantari,
keunggulan nila nirwana terletak pada kecepatan pertubuhannya. Pemeliharaan
sejak larva hingga berbobot diatas 650 g / ekor, dapat dicapai dalam waktu 6
bulan. Disamping itu, nila nirwana mempunyai bentuk tubuh yang lebih lebar
dengan panjang kepala yang lebih pendek. Hal ini menjadikannya memiliki
struktur daging yang lebih tebal dibandingkan dengan nila yang lainnya (
Trobos, 2007 ).
5)
Nila gesit
Nila gesit dihasilkan melalui teknologi rekayasa kromosom yang disebut
“ nila jantan super “ ( NJS ). Disebut NJS karena kromosom seks yang
dimilikinya bersifat homogamet (YY) tidak seperti nila jantan umumnya yang
heterogamet (XY). Teknologi produksi nila NJS merupakan program pengembiakan
yang menggabungkan teknik feminisasi dan uji progeni untuk menghasilkan nila
janta berkromosom YY. Jika nila jantan berkromosom YY disilangkan dengan betina
normal ( XY ) maka akan menghasilkan 100 %
jantan yang membawa sifat-sifat unggul.
6)
Nila get
Nila get didatangkan oleh
Pemerintah Provinsi Jawa Barat ke Indonesia pada tahun 2002. Upaya mendatagkan
nila get adalah dalam rangka memeperkaya keanekaragaman jenis dan genetiknya.
Nila get kemudian menjadi salah satu peyumbang genetik untuk menghasilkan nila
nirwana.
7)
Nila jica
Dijumpai di Sumatera Barat dan
Jambi. Nila ini merupakan produksi dari Balai Budi Daya Air Tawar ( BBAT )
Jambi, sebagai hasil kerja sama Pemerintah Indonesia dan Jepang ( JICA ).
Ikan nila
berkerabat dekat dengan mujair
(Oreochromis mossambicus). Dan sebagaimana kerabatnya itu pula, ikan
nila memiliki potensi sebagai ikan yang invasif
apabila terlepas ke badan-badan air alami.
Genus
Oreochromis memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi dan toleransi
terhadap kualitas air
pada kisaran yang lebar. Anggota-anggota genus ini dapat hidup dalam kondisi
lingkungan yang ekstrim sekalipun, karena sering ditemukan hidup normal pada habitat-habitat
di mana jenis ikan air tawar lainnya tak dapat hidup.
B. ANATOMI
IKAN NILA :
Organ-organ
internal ikan adalah jantung, alat-alat pencerna, gonad, kandung kemih, dan
ginjal. Alat pencernanya terdiri atas aesopaghus, perut besar, usus halus,
pankreas, dan hati. Organ-organ tersebut biasanya diselubungi oleh jaringan
pengikat yang halus dan lunak yang disebut peritoneum. Peritoneum merupakan
selaput (membran) yang tipis berwarna hitam yang biasanya dibuang jika ikan
sedang disiangi.
Bentuk
badan ikan nila adalah pipih kesamping memanjang. Mempunyai garis vertikal 9-11
buah, garis-garis pada sirip ekor berwarna hitam sejumlah 6-12 buah. Pada sirip
punggung terdapat garis-garis miring. Linea literalisnya terputus jadi dua
bagian dan dilanjutnya dengan garis yang terletak di bawah. Letak linea
literalis memanjang di atas sirip dada. Jumlah sisik pada garis rusuk 39 buah.
Tipe sisik ctenoid. Bentuk
sirip ekor perpinggiran tegak.
1. SISTEM PENCERNAAN.
Secara anatomis, struktur alat pencernaan ikan berkaitan
dengan bentuk tubuh, kebiasan makanan, tingkah laku ikan dan umur ikan. Sistem
atau alat pencernaan pada ikan terdiri dari dua bagian, yaitu saluran
pencernaan (Tractus digestivus) dan kelenjar pencernaan (Glandula digestoria).
1.1 Saluran pencernaan
Mulai dari muka ke belakang, saluran pencernaan tersebut
terdiri dari mulut, rongga mulut, farings, esofagus, lambung, pilorus, usus,
rektum dan anus.
Mulut
Bagian terdepan dari mulut adalah bibir, pada ikan-ikan
tertentu bibir tidak berkembng dan malahan hilang secara total karena
digantikan oleh paruh atau rahang (ikan famili scaridae, diodotidae,
tetraodontidae). Pada ikan belanak atau tambakan, bibir berkembang dengan baik
dan menebal, bahkan mulutnya dapat disembulkan.
Keberadaan bibir berkaitan erat dengan cara mendapatkan
makanan. Di sekitar bibir pada ikan tertentu terdapat sungut, yang berperan
sebagai alat peraba. Mulut terletak di ujung hidung dan juga terletak di atas
hidung.
Rongga mulut
Di bagian belakan mulut terdapat ruang yang disebut
rongga mulut. Rongga mulut ini berhubungan langsung dengan segmen faring.
Secara anatomis organ yang terdapata pada rongga mulut adalah gigi, lidah dan
organ palatin. Permukaan rongga mulut diselaputi oleh lapisan sel permukaan
(epitelium) yang berlapis. Pada lapisan permukaan terdapat sel-sel penghasil
lendir (mukosit) untuk mempermudah masuknya makanan. Disamping mukosit, di
bagian mulut juga terdapat organ pengecap (organ penerima rasa) yang berfungsi
menyeleksi makanan.
Farings
Lapisan permukaan faring hampir sama dengan rongga mlut,
masih ditemukan organ pengecap, Sebagai tempat proses penyaringan makanan.
Esofagus
Permulaan dari saluran pencernaan yang berbentuk seperti
pipa, mengandung lendir untuk membantu penelanan makanan. Pada ikan laut,
esofagus berperan dalam penyerapan garam melalui difusi pasif menyebabkan
konsentrasi garam air laut yang diminum akan menurun ketika berada di lambung
dan usus sehingga memudahkan penyerapan air oleh usus belakang dan rectum
(proses osmoregulasi)
Lambung
Lambung merupakan segmen pencernaan yang diameternya
relatif lebih besar bila dibandingkan dengan organ pencernaan yang lain.
Besarnya ukuran lambung berkaitan dengan fungsinya sebagai penampung makanan.
Seluruh permukaan lambung ditutupi oleh sel mukus yang mengandung
mukopolisakarida yang agak asam berfungsi sebagai pelindung dinding lambung
dari kerja asam klorida. Sebagai penampung makanan dan mencerna makanan secara
kimiawi. Pada ikan-ikan herbivora terdapat gizard (lambung khusus) berfungsi untuk
menggerus makanan (pencernaan secara fisik).
Pilorus
Pilorus merupakan segmen yang terletak antara lambung dan
usus depan. Segmen ini sangat mencolok karena ukurannya yang
mengecil/menyempit.
Usus ( intestinum)
Merupakan segmen yang terpanjang dari saluran pencernaan.
Intestinum berakhir dan bermuara keluar sebagai anus. Merupakan tempat
terjadinya proses penyerapan zat makanan.
Rektum
Rektum merupakan segmen saluran pencernaan yang terujung.
Secara anatomis sulit dibedakan batas antara usus dengan rektum. Namun secara
histologis batas antara kedua segmen tersebut dapat dibedakan dengan adanya
katup rektum.
Kloaka
Kloaka adalah ruang tempat bermuaranya saluran pencernaan
dan saluran urogenital. Ikan bertulang sejati tidak memiliki kolaka, sedangkan
ikan bertulang rawan memiliki organ tersebut.
Anus
Anus
merupakan ujung dari saluran pencernaan. Pada ikan bertulang sejati anus
terletak di sebelah depan saluran genital. Pada ikan yang bentuk tubuhnya
memanjang, anus terletak jauh dibelakang kepala bedekatan dengan pangkal ekor.
Sedangkan ikan yang tubuhnya membundar, posisi anus terletak jauh di depan
pangkal ekor mendekati sirip dada.
1.2
Kelenjar Pencernaan
Kelenjar pencernaan berguna untuk menghasilkan enzim
pencernaan yang nantinya akan bertugas membantu proses penghancuran makanan.
Enzim pencernaan yang dihasilkan oleh ikan buas juga berbeda dengan ikan
vegetaris. Ikan buas pada umumnya menghasilkan enzim-enzim pemecah protein,
sedangkan ikan vegetaris menghasilkan enzim-enzim pemecah karbohidrat. Kelenjar
pencernaan terdiri dari hati dan pankreas. Disamping itu, saluran pencernaannya
(lambung dan usus) juga berfungsi sebagai kelenjar pencernaan.
Hati meupakan organ penting yang mensekresikan bahan
untuk proses pencernaan. Organ ini umumnya merupakan suatu kelenjar yang
kompak, berwarna merah kecokelatan. Posisi hati terletak pada rongga tubuh
bagian bawah, di belakang jantung dan disekitar usus depan. Di sekitar hati
terdapat organ berbentuk kantong kecil, bulat, oval atau memanjang dan berwarna
hijau kebiruan, organ ini dinamakan kantung empedu yang fungsinya untuk
menampung cairan empedu yang disekresikan oleh organ hati. Secara umum hati
berfungsi sebagi tempat metabolisme karbohidrat, lemak dan protein serta tempat
memproduksi cairan empedu.
Pankreas merupakan organ yang mensekresikan bahan (enzim)
yang berperan dalam proses pencernaan. Pankreas ada yang berbentuk kompak dan
ada yang diffus (menyebar) di antara sel hati. Letak penkreas berdekatan dengan
usus depan sebab saluran pankreatik bermuara ke usus depan. Saluran pankreatik
yaitu saluran-saluran kecil yang bergabung satu sama lain dan pada akhirnya
akan terbentuk saluran yang keluar dari pankreas menuju usus depan.
1.3
Proses Pencernaan
Sebelum makanan di sambar dan ditelan, terlebih dahulu telah
menimbulkan rangsangan berupa nafsu untuk makan. Nafsu untuk makan ini dapat
dirangsang melalui penglihatan, bau dan rabaan. Begitu ada nafsu untuk makan,
maka alat-alat pencernaanya segera bersiap-siap untuk menerima makanan dan
selanjutnat mencernakannya. Setelah makanan digigit, untuk menelannya
diperlukan bahan pelicin yaitu air liur. Selai sebagai pelicin, air liur juga
mengandung enzim ptialin yang merupakan enzim pemecah karbohidrat menjadi
maltosa yang kemudaian dilanjutkan menjadi glukosa. Tapi karena ikan tidak
mengunyah makanan, padahal pemecahan karbohidrat membutuhkan waktu yang lama,
maka ptialinnya baru dapat bekerja aktif setelah makanan sampai di lambung.
Selain mengandung enzim ptialin, air liur juga mengandung senyawa penyangga
derajat keasaman (bufer) yang berguna untuk memecah terjadinya penurunan pH
agar proses pencernaan dapat berjalan normal.
Apabila makanan telah masuk ke dalam saluran pencernaan,
maka dindng saluran pencernaannya akan terangsang untuk menghasilkan hormon gastrin.
Hormon ini akan memacu pengeluaran asam klorida (HCL) dan pepsinogen. HCL akan
mengubah pepsinogen menjadi pepsin yang merupakan enzim pencernaan akif, yaitu
sebagai pemecah protein menjadi pepton (polipeptida). Apabila makanannya banyak
mengandung lemak, maka akan dihasilkan juga hormon entergastron.
Di dalam usus, makanan itu sendiri akan merangsang
keluarnya hormon kolsistokinin. Hormon ini kemudian akan memacu keluarnyagetah
empedu dari hati. Getah empedu itu sebenarnya dibuat dari sel-sel darah merah
yang telah rusak di dalam hati. Pengeluaran getah empedu tersebut melalui
pembuluh hepatikus yang kemidaian ditampung di dalam kantong empedu. Fungsi
getah empedu tersebut adalah memeperhalus butiran-butiran lemak menjadi emulsi
sehingga mudah larut dalam air dan diserap oleh usus.
Dinding usus juga mengeluarkan hormon sekretin dan
pankreozinin. Sekretin akan memacu pengeluaran getah empedu dan pankreas. Getah
penkreas ini mengandung enzim amilase, lipase dan protase. Sedangkan hormon
pankreozinin menyebabkan rangsangan untuk mempertinggi produksi getah pankreas.
Enzim amilase akan memecah karbohidrat menjadi glukosa.
Enzim lipase memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Sedangkan protase
memecah protein menjadi asam amino. Ketiga enzim tersebut dapat mencapai puncak
keaktifan apabila kadar protein dalam makanan antara 40-60%. Apabila kadar
proteinnya berubah maka untuk mencapai puncak keaktifan, enzim-enzim tersebut
membutuhkan waktu untuk menyseuaikan diri.
1.4
Penyerapan Sari
Makanan
Makanan yang sudah dicerna halus sekali kemudian
sari-sarinya akan diserap oleh dinding usus. Sebenarnya di dalam lambung juga
sudah mulai penyerapan, tapi jumlahnya masih sangat sedikit. Penyerapan yang
utama terjadi di dalam usus. Untuk menyerap sari makanan tersebut, dinding usus
mempunyai jonjot-jonjot agar permukaannya lebih luas. Melalui pembuluh darah
rambut pada jonjot usus tersebut, sari makanan akan diserap ke dalam darah.
Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida, yaitu
glikosa, galaktosa, fruktosa dan lain-lain. Proses penyerapannya dipengaruhi
oleh hormon insulin. Hormon tersebut dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Lemak
diserap dalam bentuk asam lemak dan gliserol. Di dalam lapisan lendir dinding
usus, asam lemak dan gliserol bersatu lagi, untuk kemudian diedarkan keseluruh
tubuh melalui limfe (70%) dan melalui pembuluh darah (30%). Sedangkan protein
diserap dalam bentuk asam amino yang dibawa ke hati dulu untuk diubah menjadi
protein lagi, akan tetapi yang telah disesuaikan dengan kebutuhan tubuh ikan
yang bersangkutan.
Zat-zat makanan yang telah diserap oleh darah kemudian
diedarkan ke seluruh tubuh untuk keperluan metabolisme, yaitu anabolisme dan
katabolisme. Anabolisme adalah pembentukan zat-zat yang lebih kompleks dari
zat-zat yang lebih sederhana. Misalnya pembentukan protein dan asam-asam amino.
Sedangkan katabolisme adalah pemecahan zat-zat yang merupakan bahan bakar untuk
menghasilkan tenaga. Misalnya pemecahan karbohidrat menjadi tenaga, air dan
karbondioksida.
Pada hewan-hewan darat, yang digunakan sebagai sumber
tenaga pertama-tama adalah karbohidrat kemudian disusul oleh lemak sebagai
sumber nomor dua dan terakhir protein. Sedangkan pada ikan adalah kebalikan
dari hewan darat, yaitu protein, lemak dan karbohidrat.
1.5
Pencernaan Secara
Fisik Mekanik dan Kimiawi
Pencernaan secara fisik dan mekanik dimulai di bagian
rongga mulut yaitu dengan berperannya gigi pada proses pemotongan dan
penggerusan makanan. Pencernaan secara mekanik ini juga berlangsung di segmen
lambung dan usus yaitu melalui gerakan-gerakan (kontraksi) otot pada segmen
tersebut. Pencernaan secara mekanik di segmen lambung dan usus terjadi lebih
efektif oleh karena adanya peran cairan digestif. Pada ikan, pencernaan secara
kimiawi dimulai di bagian lambung, hal ini dikarenakan cairan digestif yang
berperan dalam proses pencernaan secara kimiawi mulai dihasilkan di segmen
tersebut yaitu disekresikan oleh kelenjar lambung.
Pencernaan ini selanjutnya disempurnakan di segmen usus.
Cairan digestif yang berperan pada proses pencernaan di segmen usus berasal
dari hati, pankreas dan dinding usus itu sendiri. Kombinasi antara aksi fisik
dan kimiawi inilah yang menyebabkan perubahan makanan dari yang asalnya
bersifat komplek menjadi senyawa sederhana atau yang asalanya berpartikel makro
menjadi partikel mikro. Bentuk partikel mikro inilah makanan menjadi zat
terlarut yang memungkinkan dapat diserap oleh dinding usus yang selanjutnya
diedarkan ke seluruh tubuh.
2. SISTEM RESPIRASI
Pernafasan
adalah pertukaran CO2 (sisa-sisa proses
metabolisme tubuh yg harus dibuang) dengan O2 (berasal dari perairan,
dibutuhkan tubuh untuk proses metabolisme dsb).
Organ-organ
pernafasan :
Mengambil
O2 dari perairan terjadi pada insang. Organ tambahan : mengambil O2 dari udara ( paru-paru, labirin, dsb ).
Insang, bagian-bagiannya :
- tulang lengkung insang
- tulang tapis insang
- daun insang
- tulang lengkung insang
- tulang tapis insang
- daun insang
Fungsi
bagian-bagian insang :
1. Tulang lengkung insang sebagai tempat melakeatnya tulang tapis insang dan daun insang, mempunyai banyak saluran-saluran darah dan saluran syaraf
2. Tulang tapis insang, berfungsi dalam sistem pencernaan untuk mencegah keluarnya organisme makanan melalui celah insang
3. Daun insang, berfungsi sebagai dalam sistem pernafasan dan peredaran darah, tempat terjadinya pertukaran gas O2 dengan CO2.
1. Tulang lengkung insang sebagai tempat melakeatnya tulang tapis insang dan daun insang, mempunyai banyak saluran-saluran darah dan saluran syaraf
2. Tulang tapis insang, berfungsi dalam sistem pencernaan untuk mencegah keluarnya organisme makanan melalui celah insang
3. Daun insang, berfungsi sebagai dalam sistem pernafasan dan peredaran darah, tempat terjadinya pertukaran gas O2 dengan CO2.
Mekanisme pernafasan :
Pertukaran gas CO2 dan O2 terjadi
secara difusi ketika air dari habitat yang masuk melalui mulut, terdorong ke
arah daerah insang. O2 yang banyak dikandung di dalam air akan diikat oleh
hemoglobin darah, sedangkan CO2 yang dikandung di dalam darah akan dikeluarkan
ke perairan. Darah yang sudah banyak mengandung O2 kemudian diedarkan kembali
ke seluruh organ tubuh dan seterusnya.
Hal-hal yang berkaitan dg sistem
pernafasan :
1. Perairan harus mengandung O2 cukup banyak
2. Bila perairan kurang O2, ikan akan :
a. menuju permukaan
b. menuju tempat pemasukkan air
c. menuju tempat air yg berarus
3. Daun insang harus dalam keadaan lembab.
1. Perairan harus mengandung O2 cukup banyak
2. Bila perairan kurang O2, ikan akan :
a. menuju permukaan
b. menuju tempat pemasukkan air
c. menuju tempat air yg berarus
3. Daun insang harus dalam keadaan lembab.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kebutuhan ikan akan O2:
1. ukuran dan umur (standia hidup) : ikan-ikan kecil membutuhkan O2 >>
2. aktivitas ikan : yang aktif berenang perlu O2 >>
3. Jenis kelamin : ikan betina membutuhkan O2 >>
4. Stadia reproduksi.
1. ukuran dan umur (standia hidup) : ikan-ikan kecil membutuhkan O2 >>
2. aktivitas ikan : yang aktif berenang perlu O2 >>
3. Jenis kelamin : ikan betina membutuhkan O2 >>
4. Stadia reproduksi.
3. SISTEM SIRKULASI
Sistem sirkulasi adalah sistem yang
berfungsi untuk mengangkut dan mengedarkan O2 dari perairan ke sel-sel tubuh
yang membutuhkan, juga mengangkut enzim, zat-zat nutrisi, garam-garam, hormon,
dan anti bodi serta mengangkut CO2 dari dalam usus, kelenjar-kelenjar, insang,
dan sebagainya, keluar tubuh.
Organ-organ : jantung, pembuluh
nadi (aorta, arteri) dan pembuluh balik (vena), dan kapiler-kapiler darah.
Bahan yang diedarkan : darah (plasma darah dan butir-butir darah).
Jantung
ikan .
Fungsi : memompa darah ke seluruh
bagian tubuh. Beda jantung ikan dengan jantung hewan ada alat pacu
jantung yg memungkinkan jantung terus berdenyutlain walaupun otak sudah
rusak
Bagian-bagian jantung :
• Atrium – berdinding tipis
• Ventrikal – berdinding tebal, sebagai pemompa darah
• Bulbus arteriosus
• Atrium – berdinding tipis
• Ventrikal – berdinding tebal, sebagai pemompa darah
• Bulbus arteriosus
Sebelum atrium, terdapat sinus
venosus (SV) yang mengumpulkan darah berkadar CO2 tinggi, berasal dari
organ-organ tertentu. Darah dari SV masuk ke dalam atrium melalui katup
sinuautrial, dari atrium darah masuk ke dalam ventricle melalui katup
atrioventricular. Dari ventrikel darah ditekan dengan daya pompa padanya,
menuju ke arah aorta ventralis, menuju ke insang. Di insang terjadi pertukaran
O2 dengan CO2 (pada sistem pernafasan) dan seterusnya darah dengan kandungan O2
tinggi diedarkan ke daerah kepala, ke bagian dorsal, ke ventral, dan ekor
kembali ke jantung dan seterusnya.setelah mengedarkan nutrisi dsb.
4. SISTEM RANGKA
Rangka ikan berfungsi untuk :
• Menegakkan tubuh
• Menunjang/menyokong organ – organ tubuh
• Melindungi organ tubuh
• Membantu pembentukan butir darah merah.
• Menegakkan tubuh
• Menunjang/menyokong organ – organ tubuh
• Melindungi organ tubuh
• Membantu pembentukan butir darah merah.
Sistem Rangka pada Ikan terdiri
dari:
a. Tulang rawan
b. Jaringan pengikat
c. Sisik (squama)
d. Komponen – komponen gigi
e. Jari – jari sirip
f. Penyokong sel pada sistem saraf.
a. Tulang rawan
b. Jaringan pengikat
c. Sisik (squama)
d. Komponen – komponen gigi
e. Jari – jari sirip
f. Penyokong sel pada sistem saraf.
Secara tidak langsung, bentuk
rangka menentukan bentuk tubuh ikan yang beraneka ragam.Bentuk tubuh ikan
merupakan interaksi antara sistem rangka dengan sistem otot serta evolusi dalam
adaptasi kedua sistem tersebut terhadap lingkungannya.Rangka yang menjadi
penegak tubuh ikan terdiri dari tulang rawan dan atau tulang sejati. Elasmobranchii : seluruh rangka terdiri
dari tulang rawan.
Osteichthyes terdiri dari tulang
sejati. Sebagian besar tulang Osteichthyes pada permulaannya terbentuk melalui
tahap tulang rawan, kemudian materialnya menjadi tulang sejati dalam bentuk
bentuk yang khusus melalui osifikasi.
Osifikasi merupakan proses perubahan tulang rawan menjadi tulang sejati / tulang keras.
Osifikasi merupakan proses perubahan tulang rawan menjadi tulang sejati / tulang keras.
5.
SISTEM
SYARAF DAN HORMON
Kedua
sistem ini dapat dikatakan sebagai sistem koordinasi untuk mengantisipasi
perubahan kondisi lingkungan dan perubahan status kehidupan (reproduksi dsb).
Perubahan lingkungan akan diinformasikan ke sistem saraf (saraf pusat dsb),
saraf akan merangsang kelenjar endokrin hormon dikirim keuntuk
mengeluarkan hormon-hormon yang dibutuhkan akan merangsangorgan
target dan aktivitas metabolisme jaringan-jaringan a.l untuk bergerak.
Sistem
saraf terdiri dari :
- sistem cerebro spinal
• sistem saraf pusat : otak dan tulang punggung
• sistem saraf tepi
- sistem otonomi : simpati dan parasimpati
- organ-organ khusus : hidung, telinga, mata, LL.
- sistem cerebro spinal
• sistem saraf pusat : otak dan tulang punggung
• sistem saraf tepi
- sistem otonomi : simpati dan parasimpati
- organ-organ khusus : hidung, telinga, mata, LL.
Sistem
Hormon : Hormon dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar hormon
a.l hormon pertumbuhan, hormon reproduksi, hormon ekskresi & osmoregulasi.
Menurut hasil kelenjar hormon :
- endo hormon : yang bekerja di dalam tubuh, seperti hormon-hormon di atas
- ekto hormon : yang bekerja di luar tubuh, seperti fenomen : merangsang jenis kelamin lain mendekat untuk berpijah.
Menurut hasil kelenjar hormon :
- endo hormon : yang bekerja di dalam tubuh, seperti hormon-hormon di atas
- ekto hormon : yang bekerja di luar tubuh, seperti fenomen : merangsang jenis kelamin lain mendekat untuk berpijah.
6.
SISTEM
INTEGUMEN
Lapisan
epidermis pada ikan selalu basah karena adanya lendir yang dihasilkan oleh
sel-sel yang berbentuk piala yang terdapat di seluruh permukaan tubuhnya.
Epidermis merupakan bagian tubuh yang berhubungan langsung dengan lingkungan
dan sistem somatis, mempunyai sejarah evolusi yang kompleks.
Integumen
sekalian hewan merupakan lapisan protektif yang menjaga lalulintas air dan
zat-zat yang terlarut di dalamnya secara bebas. Epidermis tidak dilengkapi
dengan pembuluh-pembuluh darah, keperluan metabolisme diperoleh secara difusi,
karena itu kecenderungan dari sel-sel yang paling di luar untuk menjadi mati
dan lepas sangat besar sekali. Epidermis bagian dalam terdapat lapisan sel yang
disebut stratum germinativum (lapisan malphigi). Lapisan ini sangat giat
dalam melakukan pembelahan untuk menggantikan sel-sel bagian luar yang lepas
dan untuk persediaan pengembangan tubuh.
Dermis
yang didalamnya terkandung pembuluh darah, saraf dan jaringan pengikat memiliki
struktur yang lebih tebal dan sel-sel yang susunannya lebih kompak dari pada
epidermis. Derivat-derivat kulit juga juga dibentuk dalam lapisan ini. Lapisan dermisi
berperan dalam pembentukan sisik pada ikan yang bersisik, dan derivat-derivat
kulit lainnya. Asal mula terbentuknya dermis ini belum banyak diketahui;
diperkirakan bahwa jaringan ikat di bawah epidermis dulunya berubah, terutama
sekali menjadi tulang pada hewan nenek moyang vertebrata, seperti yang terlihat
pada fosil-fosil Ostracodermi yang mempunyai prisai-prisai tulang pada
kulitnya, yang pertumbuhannya sangat baik.
L E N D I R
Umumnya
ikan yang tidak bersisik memproduksi lendir yang lebih banyak dan tebal
dibanding dengan ikan yang bersisik. Ketebalan lendir yang meliputi kulit ikan
dipengaruhi oleh kegiatan sel kelenjar yang berbentuk piala yang terletak di
dalam epidermis. Kelenjar ini akan memproduksi lendir lebih banyak pada saat
tertentu, misalnya pada saat ikan berusaha melepaskan diri dari bahaya/ genting
dibanding pada saat atau keadaan normal.
Lendir
berguna untuk mengurangi gesekan dengan air supaya ia dapat berenang dengan
lebih cepat, mencegah infeksi dan menutup luka, berperan dalam osmoregulasi
sebagai lapisan semi-permiable yang mencegah keluar masuknya air melalui kulit.
Pada beberapa ikan tertentu menggunakan lendir sebagai alat perlindungan pada
saat terjadi kekeringan, misalnya ikan paru-paru (Protopterus)yang
menanamkan diri pada lumpur selama musim panas dengan membungkus tubuhnya
dengan lendir hingga musim penghujan tiba. Beberapa ikan yang menggunakan
lendirnya untuk melindungi telur dari gangguan luar, misalnya anggota dari
genus Trichogaster.
S I S I K
S I S I K
Ikan
yang bersisik keras biasanya ditemukan pada golongan ikan primitive, sedangkan
pada ikan modern, kekerasan sisiknya sudah fleksibel. Hal tersebut sangat
dipengaruhi oleh jenis bahan yang dikandungnya. Sisik dibuat di dalam dermis
sehingga sering diistilahkan sebagai rangka dermis.
Di
samping ikan bersisik terdapat pula ikan yang sama sekali tidak bersisik, di
temukan pada ikan lajur (Trichiurus, Lepturancanthus, Demissolinea),
ikan sub-ordo Siluroidea (Pegasius, Clarias, Fluta alba). Sebagai suatu
kompensasi dari tidak terdapatnya lendir pada tubuhnya, mereka memiliki lendir
yang lebih tebal sehingga badannya menjadi lebih licin.
Ada
beberapa jenis ikan yang hanya ditemukan sisik pada bagian tubuh tertentu saja.
Seperti “paddle fish”, ikan yang hanya ditemukan sisik pada bagian operculum
dan ekor. Dan adapula yang hanya ditemukan sepanjang linea lateralis.
Ikan sidat (Anguilla) yang terlihat seperti tidak bersisik, sebenarnya
bersisik tetapi sisiknya kecil dan dilapisi lendir yang tebal.
Berdasarkan
bentuk dan bahan yang terkandung di dalamnya, sisik ikan dapat dibedakan
menjadi lima jenis :
a. Sisik Placoid
Jenis
sisik ini karakteristik bagi golongan ikan bertulang rawan (Chondrichthyes).
Bentuk sisik tersebut menyerupai bunga mawar dengan dasar yang bulat atau bujur
sangkar. Sisik macam ini terdiri dari keping basal yang letaknya terbenam di
bagian dermis kulit, dan suatu bagian yang menonjol berupa duri keluar dari
permukaan epidermis. Sisik tersebut merupakan struktur exoskeleton yang
primitive yang mempunyai titik perkembangan menuju ke lembaran sisik yang biasa
terdapat pada osteichthyes yang terdiri atas lempeng dasar, tangkai sentral dan
duri.
Bagian yang lunak dari sisik ini (pulp)
berisikan pembuluh darah dan saraf yang berasal dari dermis. Sisik placoid
dibangunkan oleh dentine sehinnga sering disebut dermal denticle yang di
dalamnya terdapat rongga pulpa. Pertumbuhan dari sisik placoid menyerupai
pertumbuhan gigi, yaitu dimulai dengan adanya pengelompokan dari sel-sel dermis
yang seterusnya akan tumbuh menjadi lebih nyata membentuk papila dermis yang
mendesak epidermis yang ada di sebelah permukaan. Gigi ikan hiu merupakan
derivate dari sisik.
b. Sisik Cosmoid.
b. Sisik Cosmoid.
Sisik
ini hanya ditemukan pada ikan fosil dan ikan primitive yang sudah punah dari
kelompok Crossopterygii dan Dipnoi. Sisik ikan ini terdiri dari beberapa
lapisan, yang berturut-turut dari luar adalah vitrodentine, yang dilapisi
semacam enamel, kemudian cosmine yang merupakan lapisan terkuat dan
noncellular, terakhir isopedine yang materialnya terdiri dari substansi tulang.
Pertumbuhan sisik ini hanya pada bagian bawah, sedangkan pada bagian atas tidak
terdapat sel-sel hidup yang menutup prmukaan. Tipe sisik ini ditemukan pada
jenis ikan Latimeria chalumnae.
c. Sisik Ganoid.
Jenis
sisik ini dimiliki oleh ikan-ikan Lepidosteus (Holostei) dan
Scaphyrynchus (Chondrostei). Sisik ini terdiri dari beberapa lapisan
yakni lapisan terluar disebut ganoine yang materialnya berupa garam-garam
an-organik, kemudian lapisan berikutnya dalah cosmine, dan lapisan yang paling
dalam adalah isopedine. Pertumbuhan sisik ini dari bagian bawah dan bagian
atas. Ikan bersisik type ini adalah antara lain, Polypterus, Lepisostidae,
Acipenceridae dan Polyodontidae.
d.Sisik Cycloid dan Ctenoid
d.Sisik Cycloid dan Ctenoid
Sisik
ini ditemukan pada golongan ikan teleostei, yang masing-masing terdapat pada
golongan ikan berjari-jari lemah (Malacoptrerygii) dan golongan ikan
berjari-jari keras (Acanthopterygii). Perbedaan antara sisik cycloid
dengan ctenoid hanya meliputi adanya sejumlah duri-duri halus yang disebut
ctenii beberapa baris di bagian posteriornya. Pertumbuhan pada tipe sisik ini
adalah bagian atas dan bawah, tidak mengandung dentine atau enamel dan kepipihannya
sudah tereduksi menjadi lebih tipis, fleksibel dan transparan.
Penempelannya
secara tertanam ke dalam sebuah kantung kecil di dalam dermis dengan susunan
seperti genting yang dapat mengurangi gesekan dengan air sehingga dapat
berenang lebih cepat. Sisik yang terlihat adalah bagian belakang (posterior)
yang berwarna lebih gelap daripada bagian depan (anterior) karena bagian
posteriornya mengandung butir-butir pigmen (chromatophore). Bagian anterior
(terutama pada bagian tubuh) transparan dan tidak berwarna. Perbedaan antara
tipe sisik cycloid dengan ctenoid adalah pada bagian posterior sisik ctenoid
dilengkapi dengan ctenii (gerigi kecil). Focus merupakan titik awal
perkembangan sisik dan biasanya berkedudukan di tengah-tengah sisik.
7.
SISTEM EKSKRESI
Tubuh
ikan air tawar lebih hipertonis dari lingkungannya sehingga air banyak yang
masuk lewat permukaan tubuhnya, akibatnya ikan ini sedikit minum air. Dan urin
yang dihasilkan banyak dan encer. Untuk mendapatkan air dan garam dari makanan,
air masuk secara osmosis lewat permukaan tubuhnya.
Konsentrasi
larutan dalam tubuh lebih besar dengan yang ada di lingkungan supaya mencegah
masuknya air dan kehilangan garam agar tidak minum, kulit diliputi mucus,
osmosis melalui insang, produksi urin encer, pompa garam melalui sel-sel khusus
pada insang
8. SISTEM REPRODUKSI
8. SISTEM REPRODUKSI
Pada
ikan betina mempunyai indung telur sedangkan ikan jantan mempunyai testis. Baik
indung telur maupun testis ikan semuanya terletak pada rongga perut di sebelah
kandung kemih dam kanal alimentari. Keadaan gonad ikan sangat menentukan
kedewasaan ikan. Kedewasaan ikan meningkat dengan makin meningkatnya fungsi
gonad. Ikan
Nila umumnya mempunyai sepasang gonad, terletak pada bagian posterior rongga
perut di sebelah bawah ginjal.
Pada
saat ikan nila bertelur dan sperma dikeluarkan oleh ikan jantan, pada saat itu
pula terjadilah fertilasi di luar tubuh induknya (eksternal) yaitu di dalam air
tempat dimana ikan itu berada, kemudian mengerami telur di dalam mulutnya
antara 4-5 hari dan telur tersebut menetas 3-4 hari. Telur ikan yang dibuahi
dan menetas dinamakan larva. Larva tersebut mempunyai kuning telur yang masih
menempel pada tubuhnya digunakan sebagai cadangan makanan untuk awal kehidupannya.
C.
BUDIDAYA IKAN NILA
Ikan peliharaan yang
berukuran sedang, panjang total (moncong hingga ujung ekor) mencapai sekitar 30
cm.
Sirip punggung (dorsal) dengan 16-17 duri (tajam) dan 11-15 jari-jari
(duri lunak); dan sirip dubur (anal) dengan 3 duri dan 8-11 jari-jari.
Tubuh berwarna
kehitaman atau keabuan, dengan beberapa pita gelap melintang (belang) yang
makin mengabur pada ikan dewasa. Ekor bergaris-garis tegak, 7-12 buah.
Tenggorokan, sirip dada, sirip perut, sirip ekor dan ujung sirip punggung
dengan warna merah atau kemerahan (atau kekuningan) ketika musim berbiak.
Ikan nila yang
masih kecil belum tampak perbedaan alat kelaminnya.
Setelah berat badannya mencapai 50 gram,
dapat diketahui perbedaan antara jantan
dan betina.
Perbedaan antara ikan jantan dan betina dapat dilihat pada lubang genitalnya
dan juga ciri-ciri kelamin sekundernya. Pada ikan jantan, di samping lubang anus
terdapat lubang genital yang berupa tonjolan kecil meruncing sebagai saluran
pengeluaran kencing
dan sperma.
Tubuh ikan jantan juga berwarna lebih gelap, dengan tulang
rahang
melebar ke belakang yang memberi kesan kokoh.
Ikan
nila dilaporkan sebagai pemakan segala (omnivora),
pemakan plankton,
sampai pemakan aneka tumbuhan sehingga ikan ini diperkirakan dapat dimanfaatkan
sebagai pengendali gulma
air.
Ikan ini sangat peridi,
mudah berbiak. Secara alami, ikan nila (dari perkataan Nile, Sungai Nil)
ditemukan mulai dari Syria
di utara hingga Afrika timur sampai ke Kongo
dan Liberia;
yaitu di Sungai Nil (Mesir),
Danau Tanganyika, Chad,
Nigeria,
dan Kenya.
Diyakini pula bahwa pemeliharaan ikan ini telah berlangsung semenjak peradaban Mesir purba.
Telur
ikan nila berbentuk bulat berwarna kekuningan dengan diameter
sekitar 2,8 mm. Sekali memijah, ikan nila betina dapat
mengeluarkan telur sebanyak 300-1.500 butir, tergantung pada ukuran tubuhnya.
Ikan nila mempunyai kebiasaan yang unik setelah memijah, induk betinanya
mengulum telur-telur yang telah dibuahi di dalam rongga mulutnya.
Perilaku ini disebut mouth breeder (pengeram telur dalam mulut).
Karena mudahnya
dipelihara dan dibiakkan, ikan ini segera diternakkan di banyak negara sebagai
ikan konsumsi, termasuk di pelbagai daerah di Indonesia. Akan tetapi mengingat
rasa dagingnya yang tidak istimewa, ikan nila juga tidak pernah mencapai harga
yang tinggi. Di samping dijual dalam keadaan segar, daging ikan nila sering
pula dijadikan fillet.
- Suhu
Suhu
atau temperatur
air sangat berpengaruh terhadap metabolisme
dan pertumbuhan organisme serta mempengaruhi jumlah pakan
yang dikonsumsi organisme perairan. Suhu juga mempengaruhi oksigen
terlarut dalam perairan. Suhu optimal untuk hidup ikan nila pada kisaran
14-38 °C. Secara alami ikan ini dapat memijah pada suhu 22-37 °C
namun suhu yang baik untuk perkembangbiakannya berkisar antara 25-30 °C.
- pH
Nilai
pH
merupakan indikator tingkat keasaman
perairan . Beberapa faktor yang mempengaruhi pH perairan di antaranya aktivitas
fotosintesis,
suhu, dan terdapatnya anion
dan kation.
Nilai pH yang ditoleransi ikan nila berkisar antara 5 hingga 11, tetapi
pertumbuhan dan perkembangannya yang optimal adalah pada kisaran pH 7–8 .
- Amonia
Amonia
merupakan bentuk utama ekskresi
nitrogen
dari organisme akuatik.
Sumber utama amonia (NH3) adalah bahan organik
dalam bentuk sisa pakan, kotoran ikan maupun dalam bentuk plankton
dari bahan organik tersuspensi.
Pembusukan bahan organik, terutama yang banyak mengandung protein,
menghasilkan ammonium
(NH4+) dan NH3. Bila proses lanjut dari pembusukan (nitrifikasi)
tidak berjalan lancar maka dapat terjadi penumpukan NH3 sampai pada konsentrasi
yang membahayakan bagi ikan.
- Oksigen terlarut
Oksigen
terlarut diperlukan untuk respirasi,
proses pembakaran makanan, aktivitas berenang, pertumbuhan, reproduksi
dan lain-lain. Sumber oksigen perairan dapat berasal dari difusi
oksigen yang terdapat di atmosfer
sekitar 35% dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton.
Kadar oksigen terlarut yang optimal bagi pertumbuhan ikan nila adalah lebih
dari 5 mg/l.
Kekeruhan air
yang disebabkan oleh pelumpuran di dasar kolam juga akan memperlambat
pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh adanya plankton;
air yang kaya plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijau kecoklatan
karena banyak mengandung diatom.
Plankton ini baik sebagai makanan ikan nila, sedangkan plankton biru kurang
baik. Tingkat kecerahan air karena plankton harus dikendalikan.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ikan merupakan salah
satu jenis hewan vertebrata yang bersifat poikilotermis (berdarah dingin),
memiliki ciri khas pada tulang belakang, insang dan siripnya serta tergantung
pada air sebagai medium untuk kehidupannya. Ikan memiliki kemampuan di dalam
air untuk bergerak dengan menggunakan sirip untuk menjaga keseimbangan tubuhnya
sehingga tidak tergantung pada arus atau gerakan air yang disebabkan oleh arah
angin.
Dari
keseluruhan vertebrata, sekitar 50,000 jenis hewan, ikan merupakan kelompok
terbanyak di antara vertebrata lain memiliki jenis atau spesies yang terbesar
sekitar 25,988 jenis yang terdiri dari 483 famili dan 57 ordo. Jenis-jenis ikan
ini sebagian besar tersebar di perairan laut yaitu sekitar 58% (13,630 jenis)
dan 42% (9870 jenis) dari keseluruhan jenis ikan. Jumlah jenis ikan yang lebih
besar di perairan laut, dapat dimengerti karena hampir 70% permukaan bumi ini
terdiri dari air laut dan hanya sekitar 1% merupakan perairan tawar.
B. SARAN
Penulis menyadari makalah ini jauh dari sempurna oleh sebab
itu penulis berharap kritik dan saran dari pembaca sehingga makalah ini jadi
lebih sempurna. Terima kasih penulis ucapkan kepada para pembaca, atas kritik
dan sarannya penulis ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Adaaja.com
. 2010. Sistem Pencernaan Pada Ikan. http://adaaja.com/sistem-pencernaan-pada-ikan/
Adhi, I.K.D
2008. sistem-pencernaan-pada-hewan. http://gurungeblog.
wordpress.com/2008/11/23/sistem-pencernaan-pada-hewan/
Affandi, R., Sjafei, D.S.,
Rahardjo, M.F. dan Sulistiono. 2004. Fisiologi Ikan, Pencernaan dan Penyerapan
Makanan. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 215 hal
Arfinanda, G.F. 2010. Sistem Pencernaan Hewan.
http://blogs.myspace.com/ index.cfm?fuseaction=blog.
Crayonpedia. 2008. Sistem
Pencernaan Hewan. http://www.crayonpedia.org/
mw/3._Sistem_Pencernaan_Hewan_11.2
Eafrianto. 2009. Probiotik Pada Ikan. http://eafrianto.wordpress.com/
2009/11/29/probiotik-pada-ikan/.
Ensilokpedia. 2008. Saluran pencernaan pada ikan.
http://ensiklofauna.net46.net /?q=node/17.
Ghufran H, M. 2010 . Budidaya
ikan ikan nila di kolam terpal . Yogyakarta : Lily publisher.
Meitanisyah. 2009. Anatomi dan Fisiologi
ikanhttp://www.bloggaul.com/
meitanisyah/readblog/99696/anatomi-n-fisiologi-ikan.
Made Astawan, . 2001. Ikan Air Tawar Kaya Protein dan
Vitamin. http://www.
gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1057636419,44479,
Mirzan, C. 2009.
Anatomi dan Fisologi Ikan Nila . http://www.blog.co.id/ Blogkage/blog/266/
Putra.
A,I. 2009. http://nemalz88veterinerblog.blogspot.com/2009/06/i_9553.html
Renaldy. R. 2010. Sistem Pencernaan dalam Hewan .
http://rhenorenaldy240990.
blogspot.com/2010/01/sistem-pencernaan-dalam-hewan.html.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
beri komentarx